Minggu, 26 Mei 2019

MATEMATIKA MODEL



HERMENITIK KONSTRUKTIF MATEMATIKA MODEL
Annisa Nur Arifah


Abstrak
Pembahasan dari tulisan ini secara garis besar merujuk pada  Konsepsi Leibniz, Matematika Formal Hilbert, Teorema Godel, Bilangan Godel, Teorema undefinability Tarski, Alan Mathison Turing, dan Matematika Non-Standar. Pada bagian pendahuluan, pembahasan diarahkan pada penjelasan ontologi dan epistemologi dari matematika. Kemudian dilanjutkan dengan adanya konsepsi dari Leibniz yang pandangannya sangat berbeda arah dengan Plato. Pendapat yang sejalan dengang Plato yaitu Hilbert, yang kemudian muncul matematika formal Hilbert. Namun, teorema Hilbert ini runtuh dengan adanya teorema ketidaklengkapan Gödel yang didalamnya terdapat bilangan Gödel. Selanjutnya, ada juga teorema undefinability Tarski dan Alan Mathison Turing. Sebagai penutup terdapat penjelasan mengenai matematika non-standar.
Kata kunci: Konsepsi Leibniz, Matematika Formal Hilbert, Teorema Godel, Bilangan Godel, Teorema undefinability Tarski, Alan Mathison Turing, dan Matematika Non-Standar

Daftar Isi





A.   FILOSOFIS UMUM

Kajian Filsafat bersifat intensif dan ekstensif. Intensif maksudnya adalah dalam sedalam dalamnya sampai tidak ada yang lebih dalam. Ekstensif artinya luas seluas-luasnya. Walaupun intensif dan ekstensif adalah “dalam” dan “luas” dalam khasanah kemampuan manusia, tetapi pengertian demikian serta-merta langsung dapat berbenturan dengan kaidah Agama. Oleh karena itu mempelajari filsafat tidaklah terbebas dari ketentuan-ketentuan. Memelajari Filsafat hendaknya tidak bersifat parsial, tetapi bersifat komprehensif dan holistik. Mengomunikasikan Filsafat hendaknya sesuatu dengan ruang, waktu dan konteksnya. Mempelajari Filsafat hendaknya dilandasi keyakinan dan akidah spiritualitas yang kokoh. Filsafat adalah pikiran para Filsuf, maka mempelajari Filsafat adalah mempelajari pikiran para Filsuf (Marsigit, 2013).
Salah satu Filsuf besar yaitu Descartes, berdasarkan Turan H. (2014) Descartes membawa proposisi matematika ke dalam keraguan saat ia meragukan semua keyakinan tentang hakekat akal sehat dengan mengasumsikan bahwa semua keyakinan berasal dari persepsi tampaknya hanya sampai pada anggapan awal bahwa masalah yang dihadapinya sebetulnya adalah suatu keraguan tentang matematika, yaitu sebuah contoh dari masalah keraguan tentang keberadaan zat. Descartes mengklaim bahwa meskipun matematika secara ekstensif menggunakan metode deduksi, namun dia mengatakan bahwa deduksi adalah metode tunggal yang sah dan memegang intuisi yang sangat diperlukan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan matematika, dan proposisi matematika memiliki tingkat yang sama dengan kepastian sebagai argumen cogito ontologis yang pasti.

1.      Ontologi Matematika

Menurut Endang Komara (2011) ontologi adalah penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang mempermasalahkan akar-akar (akar yang paling mendasar tentang apa yang disebut dengan ilmu pengetahuan itu). Ontology menurut istilah merupakan ilmu yang membahas hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik berbentuk jasmani/konkret maupun rohani abstrak (Bakhtiar 2004). Suriasumantri (2007), menuliskan bahwa ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.Ontology merupakan salah satu cabang filsafat yang termasuk dalam kajian metafisika. Metafisika umum atau ontologi, membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh dan sekaligus. Pembahasan ini dilakukan dengan membedakan dan memisahkan eksistensi yang sesungguhnya dari penampilan atau penampakan eksistensi itu.
Ada 3 teori ontologi yang terkenal.
1) Idealisme. Teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dalam dunia ide. Segala sesuatu yang tampak dan wujud nyata dalam inderawi hanyalah merupakan gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di dunia ide. Jadi realitas yang sesungguhnya, bukanlah yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan. Tokoh-tokoh idealis adalah George Berkeley, Immanuel Kant, dan Wilhelem Friederich Hegel.
2) Materialisme. Bagi materialisme, ada yang sesungguhnya adalah yang keberadaannya semata-mata bersifat material atau sama sekali bergantung pada material. Jadi, realitas yang sesungguhnya alam kebendaan, dan segala sesuatu yang mengatasi alur kebendaan itu haruslah dikesampingkan. Oleh karena itu seluruh realitas hanya mungkin dijelaskan secara materialistis. Tokoh-tokoh materialis adalah Demokritos, Thomas Hobbes, dan Ludwig Andreas Feuerbach.
3) Dualisme. Teori ini mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari dua tipe fundamental yang berbeda dan tak dapat direduksi kepada yang lainnya. Kedua tipe fundamental dari substansi itu ialah material dan mental. Dengan demikian, dualisme mengakui bahwa realitas terdiri dari materi atau yang ada secara fisik dan mental atau yang keberadaannya tidak kelihatan secara fisis.
Berdasarkan beberapa pengertian ontologi di atas, dapat disimpulkan bahwa ontologi merupakan penjelasan mengenai hakikat segala sesuatu yang ada, baik kongkrit maupun abstrak. Sesuatu itu dapat diisi dengan matematika model.
Ontology matematika, pada hakekatnya matematika  menurut  Ruseffendi (1988 : 23),  adalah  bahasa  simbol;  ilmu  deduktif;  ilmu  tentang  pola  keteraturan,  dan  struktur  yang  terorganisasi,  mulai  dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur  yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya dalil. Sedangkan hakekat model yaitu model kosong dari suatu arti. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 923) model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Pemodelan adalah pendukung kuat makna dan pemahaman dalam matematika. Pemodelan mendorong penalaran melalui proses penyederhanaan dan elaborasi yang saling melengkapi. Pada 1980-an, Shell Centre for Mathematical Education dan dewan ujian Inggris mengembangkan kurikulum dan skema penilaian Numeracy through Problem Solving (NTPS, 1987-89). Meskipun utamanya ditujukan untuk mengembangkan literasi matematika, mereka juga menunjukkan bagaimana kegiatan pemodelan dapat mempromosikan representasi, simbol dan formalisme, dan kompetensi alat.

2.      Epistemologi

Epistemologis membahas tentang terjadinya dan kesahihan atau kebenaran ilmu.( pengantar filsafat ilmu (Suaedi, 2016). Epistemologi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan ilmu pengetahuan. Istilah epistemologi berasal dari dua kata Yunani, episteme (pengetahuan) dan logos (kata, pikiran, percakapan, atau ilmu). Jadi epistemologi berarti kata, pikiran, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan.
Ada tiga (3) jenis pengetahuan. Pertama, pengetahuan biasa, pengetahuan ini hasil dari penyerapan inderawi terhadap objek tertentu yang dijumpai. Kedua, pengetahuan ilmiah, yakni pengetahuan yang diperoleh melalui metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kebenaran atau kepastian yang dicapai. Pengetahuan ini disebut sains. Dan ketiga, pengetahuan filsafati, yakni pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat, prinsip, dan asas dari seluruh realita yang dipersoalkan selaku objek yang hendak diketahui.
Secara epistemologis, model merupakan metodologi yang berjalan dalam timeline vital (dipilih) dan fatal (memilih). Berikut ini merurut Bitman Simanullang dan Clara Ika Sari Budhayanti (2008) diberikan suatu metodologi dasar dalam proses penentuan model matematika atau sering disebut pemodelan matematika.

Tahap 1. Masalah.
Adanya masalah nyata yang ingin dicari solusinya merupakan awal kegiatan penyelidikan. Masalah tersebut harus diidentifikasi secara jelas, diperiksa dengan teliti menurut kepentingannya. Bila masalahnya bersifat umum maka diupayakan menjadi masalah khusus atau operasional.

Tahap 2. Karakterisasi masalah.
Masalah yang diteliti diperlukan karakterisasi masalahnya, yaitu pengertian yang mendasar tentang masalah yang dihadapi, termasuk pemilihan variabel yang relevan dalam pembuatan model serta keterkaitanya.

Tahap 3. Formulasi model matematik.
Formulasi model merupakan penterjemahan dari masalah kedalam persamaan matematik yang menghasilkan model matematik. Ini biasanya merupakan tahap (pekerjaan) yang paling penting dan sukar. Makin paham akan masalah yang dihadapi dan kokoh penguasaan matematik seseorang, akan sangat membantu memudahkan dalam mencari modelnya. Dalam pemodelan ini kita selalu berusaha untuk mencari model yang sesuai tetapi sederhana. Makin sederhana model yang diperoleh untuk tujuan yang ingin dicapai makin dianggap baik model itu. Dalam hal ini model yang digunakan ada-kalanya lebih dari satu persamaan bahkan merupakan suatu sistem, atau suatu fungsi dengan variabelvariabel dalam bentuk persamaan parameter. Hal ini tergantung anggapan yang digunakan. Tidak tertutup kemungkinan pada tahap ini juga dilakukan "coba" , karena model matematik ini bukanlah merupakan hasil dari proses sekali jadi.

Tahap 4. Analisis.
Analisis matematik kemudian dilakukan dengan pendugaan parameter serta deduksi sifat-sifat yang diperoleh dari model yang digunakan.

Tahap 5. Validasi.
Model umumnya merupakan abstraksi masalah yang sudah disederhanakan, sehingga hasilnya mungkin berbeda dengan kenyataan yang diperoleh. Untuk itu model yang diperoleh ini perlu divalidasi, yaitu sejauh mana model itu dapat dianggap memadai dalam merepreaen-tasikan masalah yang dihadapi. Proses validasi ini sebe-narnya sudah dimulai dalam tahap analisis, misalnya dalam hal konsistensi model terhadap kaedah-kaedah yang berlaku.

Tahap 6. Perubahan.
Apabila model yang dibuat dianggap tidak memadai maka terdapat kemungkinan bahwa formulasl model yang digunakan atau karakterisasi masalah masih banyak belum layak (sesuai), sehingga perlu diadakan perubahan untuk

B.   FILOSOFIS MATEMATIKA

Filsafat matematika merupakan salah satu bagian dari filsafat ilmu. matematika sebagai ilmu, baru dikembangkan oleh filsuf Yunani sekitar lima ribu tahun kemudian. Filsuf-filsuf besar Yunani yang mengambangkan matematika ialah Pythagoras dan Plato, meskipun secara umum dapat dikatakan semua filsuf Yunani kuno bukan hanya menguasai matematika, melainkan juga ikut serta mengembangkannya. Pythagoras menemukan kenyataan yang menunjukkan bahwa fenomena yang berbeda dapat menunjukkan sifat-sifat matematis yang identik, ia menyimpulkan bahwa sifat-sifat tersebut dapat dilambangkan ke dalam bilangan dan dalam keterhubungan angka-angka. Semboyan Pythagoras yang sangat terkenal adalah panta aritmos yang berarti segala sesuatu adalah bilangan (kebenaran asersi ini akan dibahas dalam Modul selanjutnya). Plato berpendapat bahwa geometri adalah kunci untuk meraih pengetahuan dan kebenaran filsafat. Menurut Plato, ada suatu “dunia” yang disebutnya “dunia ide”, yang dirancang secara matematis. Segala sesuatu yang dapat dipahami lewat indera, hanyalah suatu representasi tidak sempurna dari “dunia ide” tersebut. Dunia ide bukan hanya model ideal dari objek fisik saja akan tetapi juga termasuk kejadian-kejadian. Menurut Plato, matematika bukanlah idealisasi aspek-aspek tertentu dari dunia empiris akan tetapi sebagai deskripsi dari bagian realitanya.
Filsafat matematika Aristoteles sebagian dikembangkan dari oposisinya terhadap Plato (gurunya) dan sebagian lagi bebas dari ajaran Plato. Aristoteles membedakan dengan tajam antara kemungkinan mengabstraksi bulatan dengan karakteristik matematis yang lain dan objek-objek dan kebebasan keberadaannya dari karakteristik atau contoh-contohnya, yakni lingkaran. Bidang studi matematika adalah hasil abstraksi matematis yang ia sebut “objek matematis”.
Filsuf matematika yang lainnya yaitu Gottfried Wilhelm Leibniz. Ia adalah matematikawan, filsuf, dan fisikawan yang banyak menyerupai Plato dan Aristoteles. Dalam bukunya Monandology, yang ditulis dua tahun sebelum kematiannya, ia memberikan sinopsis filsafatnya sebagai berikut:
“Terdapatlah, juga, dua macam kebenaran, yaitu kebenaran penalaran dan kebenaran kenyataan (fakta). Kebenaran penalaran adalah perlu dan lawannya adalah tidak mungkin. Kebenaran kenyataan adalah kebetulan dan lawannya adalah mungkin. Apabila suatu kebenaran adalah perlu, alasannya dapat dicari dengan melalui analisis, menguraikannya ke dalam ide-ide kebenaran yang lebih sederhana, sampai Anda tiba di sini tempat yang Anda ... Dengan demikian, kebenaran penalaran, mendasarkan pada “prinsip kontradiksi”, yang diambilnya untuk mengkover prinsip identitas dan prinsip tolak-tengah. Bukan hanya tolologi trivial, tetapi semua aksioma, postulat, definisi, dan teorema matematika, adalah kebenaran penalaran, dengan kata lain, semuanya itu adalah proposisi identik yang sebaliknya adalah suatu pernyataan kontradiksi”.

1.      Limit Leibniz/Konsep Kalkulus

a.      Konsepsi Leibniz

Konsepsi Leibniz tentang bidang studi matematika murni sangat berbeda dengan pandangan Plato dan Aristoteles. Bagi Plato, proposisi matematis adalah serupa proposisi logis dan bahwa proposisi ini bukan objek tertentu yang permanen atau idealisasi hasil abstraksi objek-objek atau sebarang jenis obyek. Proposisi-proposisi itu benar karena penolakannya menjadi tak mungkin secara logis. Anda boleh mengatakan bahwa proposisi-proposisi adalah perlu benar untuk semua objek, semua kejadian yang mungkin, atau menggunakan phrase Leibniz, dalam semua dunia yang mungkin.
Leibniz adalah orang yang sangat taat beragama dan banyak menulis tentang agama. Bahkan penemuannya tentang bilangan biner dikaitkan dengan kepercayaannya yang kokoh. Ia memandang Tuhan sebagai representasi dari 1, dan kekosongan, sebagai 0. Tepat seperti Tuhan dapat menciptakan segala sesuatu di kekosongan itu, demikian pulalah semua bilangan dapat disajikan dalam sistem biner dengan menggunakan lambang 1 dan 0. Leibniz menemukan kalkulus pada kira-kira bersamaan waktu dengan Newton, dan telah menjadi kontroversi siapakah yang terlebih dahulu menemukan. Leibniz juga menemukan mesin hitung yang mampu menjumlah, mengurang, mengali, membagi, dan menarik akar.

b.      Konsep Kalkulus Leibniz

Walau beberapa konsep kalkulus telah dikembangkan terlebih dahulu di Mesir, Yunani, Tiongkok, India, Iraq, Persia, dan Jepang, penggunaaan kalkulus modern dimulai di Eropa pada abad ke-17 sewaktu Isaac Newton dan Gottfried Wilhelm Leibniz mengembangkan prinsip dasar kalkulus. Hasil kerja mereka kemudian memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan fisika. Aplikasi kalkulus diferensial meliputi perhitungan kecepatan dan percepatan, kemiringan suatu kurva, dan optimalisasi. Aplikasi dari kalkulus integral meliputi perhitungan luas, volume, panjang busur, pusat massa, kerja, dan tekanan. Aplikasi lebih jauh meliputi deret pangkat dan deret Fourier.

2.      Matematika Formal Hilbert

a.      Formalisme Hilbert

Selain Plato, filsuf yang membahas mengenai geometri adalah Hilbert. David Hilbert (1862-1943) merupakan filsuf dan matematikawan hebat yang berasal dari Jerman. Ia yang berusaha untuk menciptakan matematika sebagai suatu sistem yang tunggal, lengkap dan konsisten. Namun usaha Hilbert kemudian dapat dipatahkan atau ditemukan kesalahannya oleh muridnya sendiri yang bernama Godel yang menyatakan bahwa tidaklah mungkin diciptakan matematika yang tunggal, lengkap dan konsisten. Persoalan Geometri dan Aljabar kuno, dapat ditemukan di dokumen yang tersimpan di Berlin. Salah satu persoalan tersebut misalnya memperkirakan panjang diagonal suatu persegi panjang. Mereka menggunakanhubungan antara panjang sisi-sisi persegi panjang yang kemudian mereka menemukan bentuk segitiga siku-siku. Hubungan antara sisi-sisi siku-siku ini kemudian dikenal dengan nama Teorema Pythagoras. Teorema Pythagoras ini sebetulnya telah digunakan lebih dari 1000 tahun sebelum ditemukan oleh Pythagoras.
Hilbert menyimpulkan bahwa ilmu matematika adalah kesatuan yang konsisten, yaitu sebuah struktur yang tergantung pada vitalitas hubungan antara bagian-bagiannya, dan penemuan dalam matematika dibuat dengan penyederhanaan metode, menghilangnya prosedur lama yang telah kehilangan kegunaannya dan penyatuan kembali unsur-unsurnya untuk menemukan konsep baru. Hilbert berpendapat bahwa harus ada prosedur yang jelas untuk memutuskan apakah suatu proposisi tertentu berikut dari himpunan aksioma, dengan itu, diberikan sebuah sistem yang jelas dari aksioma dan aturan inferensi yang tepat, akan lebih mungkin, meskipun tidak benar-benar praktis, untuk menjalankan melalui semua proposisi mungkin, dimulai dengan urutan terpendek simbol, dan untuk memeriksa mana yang valid. Pada prinsipnya, suatu prosedur keputusan secara otomatis akan menghasilkan semua teorema mungkin dalam matematika. Ia juga berpendapat bahwa kita dapat memecahkan masalah jika kita cukup pintar dan bekerja cukup lama.
Folkerts, M.(2004) menunjukkan bahwa pada tahun 1920 Hilbert mengajukan proposal yang paling rinci untuk menetapkan validitas matematika; menurut teori bukti, semuanya akan dimasukkan ke dalam bentuk aksioma, memungkinkan aturan inferensi menjadi hanya logika dasar, dan hanya mereka kesimpulan yang bisa dicapai dari himpunan berhingga dari aksioma dan aturan inferensi itu harus diterima. Menurut Hilbert, sistem seperti itu ada, misalnya, orde pertama predikat kalkulus, tapi tidak ada yang ditemukan mampu memungkinkan matematikawan untuk melakukan matematika yang menarik. Posy, C. (1992) menemukan bahwa Hilbert benar-benar menempatkan struktur pada bagian intuitif matematika, pada dasarnya bahwa pemikiran finitary dan sistem formal.

b.      Karya Hilbert

Hilbert dan muridnya menyumbang banyak pada kerangka dasar matematika yang dibutuhkan kepada mekanika kuantum dan relativitas umum. Ia merupakan salah satu pendiri logika matematika. Ia juga salah satu orang pertama yang menghasilkan pembedaan selang matematika dan metamatematika, dan secara hangat mempertahankan teori himpunan Cantor. Contoh terkenal kepandaiannya di dunia matematika ialah presentasinya pada 1900 keadaan himpunan masalah yang menentukan jalannya beberapa agung penelitian matematika pada abad ke-20. Logika matematika yaitu cabang logika dan matematika yang mengandung kajian matematis logika dan aplikasi kajian ini pada bidang-bidang lain di luar matematika. Logika matematika sering dibagi ke dalam cabang-cabang dari teori himpunan, teori model, teori rekursi, teori pembuktian, serta matematika konstruktif. Bidang-bidang ini memiliki hasil dasar logika yang serupa.
Hukum logika
Hukum komutatif
p q ≡ q p
p q ≡ q p
Hukum asosiatif
(p q) r ≡ p (q r)
(p q) r ≡ p (q r)
Hukum distributif
p (q r) ≡ (p q) (p r)
p (q r) ≡ (p q) (p r)
Hukum identitas
p B ≡ p
p S ≡ p
Hukum ikatan
p S ≡ S
p B ≡ B
Hukum negasi
p ~p ≡ B
p ~p ≡ S
Hukum negasi ganda
~(~p) ≡ p
Hukum idempotent
p p ≡ p
p p ≡ p
Hukum De Morgan
~(p q) ≡ ~p ~q
~(p q) ≡ ~p ~q
Hukum penyerapan
p (p q) ≡ p
p (p q) ≡ p
Negasi B dan S
~B ≡ S
~S ≡ B
Lebih lanjut, Hilbert (Marsigit, 2012) menjelaskan bahwa matematika formal didasarkan pada logika formal; mengurangi hubungan matematis untuk pertanyaan keanggotaan himpunan; objek primitif hanya terdefinisi dalam matematika formal adalah himpunan kosong yang berisi apa-apa. Ada klaim bahwa hampir setiap abstraksi matematika yang pernah diselidiki dapat diturunkan sebagai seperangkat aksioma teori himpunan dan hampir setiap bukti matematis yang pernah dibangun dapat dibuat dengan asumsi tidak ada di luar yang aksioma. Itu juga menyatakan bahwa jika tak terhingga merupakan potensi dan tidak pernah menjadi kenyataan selesai maka himpunan terbatas tidak ada, karena itu, ahli matematika mencoba untuk mendefinisikan struktur tak terbatas yang paling umum dibayangkan karena itu tampaknya memberikan harapan paling baik, jika himpunan tidak terbatas ada maka akan menjadi landasan matematika yang kokoh. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa matematika harus langsung terhubung ke sifat program non-deterministic di alam semesta yang potensial tidak terbatas, hal ini akan membatasi ekstensi untuk sebuah himpunan bilangan ordinal dan himpunan yang dapat dibangun dari mereka. Obyek didefinisikan dalam suatu sistem matematis yang formal tidak peduli apakah aksioma tak terhingga itu termasuk yang dimasukkan, dan bahwa sistem formal dapat diartikan sebagai suatu program komputer untuk menghasilkan teorema di mana program tersebut dapat menghasilkan semua nama-nama benda atau himpunan yang didefinisikan dalam sistem tersebut. Selanjutnya, semua bilangan kardinal yang lebih besar yang pernah didefinisikan dalam sistem matematika yang terbatas, tidak akan dihitung dari dalam sistem tersebut.

3.      Teorema Godel

a.      Kurt Friedrich Gödel

Kurt Friedrich Gödel adalah seorang ahli matematika, logika dan filsuf asal Austria, yang kemudian beralih menjadi warganegara Amerika Serikat. Bersama dengan Aristoteles dan Gottlob Frege, ia dianggap sebagai tokoh logika paling penting dalam sejarah, di mana Gödel memberikan dampak luar biasa pada pemikiran ilmiah dan filsafat pada abad ke-20, ketika tokoh lain seperti Bertrand Russell, A. N. Whitehead, dan David Hilbert mempelopori penggunaan logika dan teori himpunan untuk memahami dasar-dasar matematika. Gödel mempublikasikan kedua teorema ketidaklengkapan hasil pemikirannya pada tahun 1931 ketika ia berusia 25 tahun, setahun setelah meraih gelar doktor pada University of Vienna.
Teorema ketidaklengkapan Gödel yang pertama pertama kali muncul sebagai "Teorema VI" dalam makalah Gödel pada tahun 1931 berjudul "On Formally Undecidable Propositions in Principia Mathematica and Related Systems I." Teorema ini ditulis dalam matematika formal yang sangat teknis. Dapat dinyatakan secara lebih sederhana dari terjemahan bahasa Inggris sebagai:Setiap teori yang dihasilkan secara efektif yang mampu menyatakan aritmetika elementer tidak dapat sama-sama konsisten dan lengkap atau komplet. Khususnya, untuk setiap teori formal yang secara efektif dihasilkan dan yang konsisten, yang membuktikan kebenaran aritmetika dasar tertentu, ada suatu pernyataan aritmetika yang benar, tetapi tidak dapat dibuktikan dalam teori ini (Kleene 1967, p. 250).

b.      Teorema ketidaklengkapan Gödel

Teorema ketidaklengkapan Gödel yang kedua pertama kali muncul sebagai "Teorema XI" dalam makalah Gödel pada tahun 1931 berjudul "On Formally Undecidable Propositions in Principia Mathematica and Related Systems I." Sebagaimana dengan teorema ketidaklengkapan pertama, Gödel menulis teorema ini dalam matematika formal yang sangat teknis. Dapat dinyatakan secara lebih sederhana dari terjemahan bahasa Inggris sebagai: Untuk setiap teori T yang dihasilkan formal secara efektif memuat kebenaran aritmetika dasar dan juga kebenaran tertentuk mengenai provabilitas formal, jika T memuat suatu pernyataan mengenai konsistensinya sendiri,maka T inkonsisten. Ini menguatkan teorema ketidaklengkapan pertama, karena pernyataan yang dikonstruksi dalam teorema ketidaklengkapan pertama tidak secara langsung menyatakan konsitensi teori itu. Bukti dari teorema ketidaklengkapan kedua diperoleh dengan memformalisasi bukti dari teorema ketidaklengkapan pertama dari dalam teori itu sendiri.
Setelah Gödel mempublikasikan buktinya mengenai teorema kelengkapan sebagai tesis doktoralnya pada tahun 1929, ia beralih kepada problem kedua untuk habilitasinya. Tujuan asalnya adalah untuk memperoleh pemecahan positif dari problem kedua Hilbert (Dawson 1997, p. 63). Pada saat itu, teori-teori bilangan asli dan bilangan real yang mirip dengan aritmetika order kedua dikenal sebagai "analisis", sedangkan teori-teori bilangan asli saja dikenal sebagai "aritmetika".

c.       Bilangan Godel

Selain itu, terdapat juga bilangan Godel (Godel number). Dalam rangka untuk membuat hubungan antara implikasi logika murni dan aritmatika (Beth, 1962), dikaitkan dengan setiap formula atau angka natural  g(U), yang disebut Godel number dan ditentukan oleh berikut ini:
(G1) Godel number  dari atoms A, B, C, ... masing-masing,
(G2)             
Pengenalan Godel number  memungkinkan kita untuk menyatakan sebagai berikut varian aritmatika dengan ketentuan (F3") dalam bagian 1: Angka natural g adalah Godel number  dari formula implikasi logika murni jika dan hanya jika ada urutan bilangan terbatas gl, g2, ..., gk seperti itu, untuk setiap j (1 <j <k), lebih baik adalah angka natural h sehingga gj = ke 7 atau dapat ditemukan bilangan natural m dan n
(l<m, n <j) sehingga gj =  , sedangkan gk = g.

4.      Teorema undefinability Tarski

a.      Konsep Kebenaran Klasik

Alfred Tarski adalah ilmuwan Amerika asal Polandia menekuni bidang matematika, filsafat logika, dan bahasa. Salah satu karya yang paling terkenal dari Tarski adalah logika dalam bidang matematika. Ia menciptakan teori-model, pengertian-kebenaran, definisi-terhingga Taski, bilangan kardinal terukur dan bilangan kardinal tak terpakai, dan masalah kepastian aljabar elementer serta logika analitik. Tarski mengonstruk sebuah definisi semantik dari pernyataan yang benar, yakni pernyataan yang cukup secara material dan benar secara formal. Kriteria-kriteria yang muncul dari investigasi ini antara lain sintaks dan semantik di satu sisi, dan kebenaran dan validitas di sisi lainnya. Sintaks dan semantik berkaitan secara nyata dengan forma dan konten (Sinaceur dalam Guerrier, 2008), di mana hal tersebut merupakan isu krusial dalam pendidikan Matematika. Proyek Tarski adalah menjembatani secara nyata antara sistem formal dan realita.
Pada tahun 1944 dia mengemukakan kembali konsep kebenaran klasik milik Aristoteles dalam bahasa yang modern melalui definisi berikut: “‘the truth of a proposition lies in its agreement (or correspondence) with reality; or a proposition is true if it designates an existent state of things.’’ Kebenaran proposisi terletak pada kesepakatan (atau korespondensi) dengan realita, atau suatu proposisi bernilai benar jika ia membentuk status keberadaan sesuatu. Untuk mengelaborasi konstruksi rekursif dari kebenaran suatu proposisi, Tarski mengenalkan konsep yang lebih umum tentang ‘‘satisfaction of a propositional function (a predicate) by such or such objects, kesesuaian fungsi proposisi objek’’ kepada fakta bahwa ‘‘complex propositions are not aggregates of propositions, but obtained from propositional functions. Proposisi kompleks tidak beragregasi, tetapi diperoleh dari fungsi proposisi’’ Definisi ini menegaskan fakta bahwa status kebenaran dari sebuah fungsi proposisi mesti berlaku di dunia realita. Hal ini memungkinkan bagi kita untuk mengonstruk kriteria kesesuaian suatu formula yang kompleks terhadap predikat kalkulus pada struktur manapun secara rekursif dengan menggunakan intepretasi terhadap tiap huruf pada formula. Sehingga dapat didefinisikan ungkapan tentang “model for a formula”, yang mengatur suatu struktur interpretasi dari suatu formula yang memenuhi setiap rangkaian objek yang relevan.

b.      Model Pendekatan Teoritik Tarski

Tarski dalam mendefinisikan notion yang fundamental tentang “konsekuensi logis dalam sudut pandang semantik”: suatu formula G menyesuaikan dari suatu formula F secara logis  jika dan hanya jika setiap model dari F merupakan model bagi G. Hal ini bermakna bahwa formula “ adalah benar untuk setiap intepretasi terhadap F dan G pada setiap struktur tak kosong. Contohnya, dalam konteks semantik, “Q(x)” merupakan konsekuensi logis dari “ Perhatikan bahwa ini merupakan ekstensi dari hasil korespondensi yang dihasilkan oleh Wittgenstein, dalam pemahaman bahwa “Q(x)” dan “ bukan merupakan variabel proposisi, tapi fungsi proposisi. Sehingga tidak mungkin untuk menggunakan tabel kebenaran secara langsung.
Model pendekatan teoritik dikembangkan oleh Tarski dalam bukunya Introduction to logic and to the methodology of the deductive sciences. Diketahui suatu teori deduktif yang memungkinkan memahami suatu sistem aksiomatik sebagai bahasa formal dan mengintepretasikan kembali sistem dengan interpretasi yang lain. Interpretasi dimana suatu aksioma bernilai benar disebut dengan model sistem aksiomatik. Pendekatan ini (Beth, 1962) menjadikan tak berhingga banyaknya formula sebagai aksioma, yang diperoleh dari beberapa aksioma tertentu yang digunakan berulang-ulang pada aturan inferensial. Aksioma-aksioma tersebut dinamakan tesis. Beberapa karakter tesis yang mendasar antara lain,
(I)               
(II)            
(III)         
Dari tesis-tesis tersebut dikembangkan menggunakan skema inferensial dan modus Ponens sehingga diperoleh berbagai teorema. Misalnya akan dibuktikan bahwa  juga merupakan tesis. Dari karakter aksioma I maka dapat disusun implikasi berupa (1)  (. Sedangkan dari karakter aksioma II dapat disusun implikasi (2) . Dari (1) dan (2) dengan skema (iij) maka diperoleh (Hal tersebut memberikan beberapa hasil yang penting:
“Semua teorema dibuktikan dari suatu sistem aksiomatik yang valid untuk setiap interpretasi sistem”

5.      Alan Turing

Alan Mathison Turing adalah seorang peneliti matematika dan komputer, dan pahlawan perang Inggris. Folkerts menemukan bahwa Alan Turing mendefinisikan fungsi sebagai program untuk untuk menghitung dengan mesin sederhana di mana fungsi ini sama dengan apa yang  Gödel pikirkan. Menurut Alan Turing, semua definisi dari fungsi yang berbeda dapat dihitung dengancara membuat himpunan yang sama dengan fungsi yang ada. Fungsi dapat dihitung karena yang paling banyak cara untuk program mesin Turing dan jumlah fungsi yang mungkin dapat ditetapkan, sehingga fungsi dapat ditentukan secara teoritis sebagai sebuah pengecualian. Alan Turing menunjukkan bahwa fungsi adalah relasi yang tak terhitung yang menghasilkan output yang tergantung pada variabel acak.

a.      Halting Problem

Halting Problem, misalkan kita punya program komputer sederhana  dengan intruksi
    “ambil x bilangan bulat kurang dari 10 kalikan terus dengan x itu sendiri sampai hasilnya lebih dari 100”
Jika kita ambil x=9  maka program akan berhenti di langkah ke-2
Jika kita ambil x=4  maka program akan berhenti di langkah ke-3
Tapi jika kita ambil x=1 maka program tersebut tidak akan pernah berhenti
Pada  contoh program sederhana diatas dengan mudah kita mengetahui variabel input apa yang membuat  program tersebut  jalan terus menerus tanpa henti. Tetapi bagaimana kalau program itu rumit, bagaimana kita mengetahui suatu input jika diinputkan ke suatu program  maka program itu akan berhenti atau malah jalan terus menerus. Cara paling mudah kita jalankan saja programnya lalu kita tunggu apakah akan berhenti halting atau malah  jalan terus menerus, tapi berapa lama kita belum mengetahuinya bahkan setahun sebelum kita mememutuskan bahwa variabel anu menyebabkan program ini jalan terus menerus
Pertanyaannya adalah adakah metode umum  yang bisa menganalisa semua program, untuk dapat mengetahui variabel-variabel input apa saja yang menyebabkan program berhenti halting atau jalan terus menerus. Pertanyan diatas disebut halting problem. Menurut Allan Turing, sang penemu komputer  hal tersebut adalah mustahil.

b.      Mesin Turing

Selain itu, salah satu karya dari Alan Turing yaitu Mesin Turing. Mesin Turing matematis model mesin yang mekanis beroperasi pada tape. Pada rekaman ini adalah simbol yang mesin dapat memba,a dan menulis! satu per satu! menggunakan kepala tape. 8perasi sepenunya ditentukan oleh satu set instruksi dasar yang terbatas seperti& di negara bagian 42, jika simbol yang terlihat adalah 0, menulis 1, jika simbol yang terlihat adalah 1, pergeseran ke kanan, dan berubah menjadi negara 17, di negara bagian 17 jika simbol yang terlihat adalah 0, menulis 1 mengubah ke negara 6 (Setiawan, 2012).

6.      Matematika Non-Standar

a.      Teori Model

Fakta dasar dalam teori model adalah setiap tak terbatas struktur matematika memiliki model yang tidak standar , yaitu struktur non-isomorfik yang memenuhi sifat dasar yang sama. Dengan kata lain, ada yang berbeda tetapi struktur yang setara, dalam arti bahwa mereka tidak dapat dibedakan dengan sarana sifat dasar yang mereka puaskan. Dalam slogan, orang bisa mengatakan itu dalam matematika "kata-kata tidak cukup untuk menggambarkan realitas". Model tidak standar pertama kali ditunjukkan oleh Thoralf Skolem di akhir dua puluhan.
Penggunaan model yang tidak standar untuk membuktikan teorema "standar", dapat dilihat dengan cara yang sama seperti, katakanlah, penggunaan bilangan kompleks C untuk membuktikan hasil bilangan real Jika seseorang hanya tertarik pada bilangan real, maka bilangan kompleks dapat dilihat sebagai apa-apa selain alat belaka untuk melakukan bukti. Metode tidak standar tidak menimbulkan matematika tidak standar dikontraskan dengan matematika standar . Sebaliknya, mereka memberikan yang baru alat yang ampuh yang berlaku di seluruh spektrum matematika, dan yang kekuatan dan potensinya mungkin masih jauh dari dieksploitasi sepenuhnya.
a.      Pendekatan Superstruktur
-          Presentasi asli Abraham Robinson dikembangkan dalam tipe-teoretis versi logika tingkat tinggi (lihat [R1], [R2]).
-          Sebagaimana formalisme logis dibutuhkan tampaknya tidak perlu rumit bagi kebanyakan ahli matematika, pendekatan lain menjadi lebih populer dalam prakteknya, yaitu yang lebih "konkret" yang didasarkan pada konstruksi kekuatan ultra R. Penggunaan ultrapower dalam analstandar tidak standar ysis dipopulerkan oleh Wilhelmus Luxemburg.
-          Hingga kini, presentasi paling populertasi analisis tidak standar adalah apa yang disebut pendekatan superstruktur
-          Untuk kenyamanan, individu biasanya dianggap sebagai atom , yaitu benda tanpa elemen dan berbeda dari emptyset . Dalam praktiknya, ini sebuah asumsi alami. Misalnya, dalam analisis, bilangan real selalu ditangani sebagai entitas primitif daripada sebagai satu set. 7 Embedding tidak standar adalah petaatur kerangka teori. Meskipun atom tidak diizinkan dalam ZFC, namun, set yang sesuai X dapat dianggap yang berperilaku sebagai atom relatif terhadap struktur atasnya. Tepatnya, set X dapat diambil dengan properti x ∩ A = untuk semua x X dan untuk semua A V ( X ).
-          V ( X ) → V ( Y ) dari struktur atas V ( X ), disebut model standar , ke dalam superstruktur lain V ( Y ), yang disebut model tidak standar , yang memenuhi
-          sifat-sifat berikut:
X = Y
• Prinsip Transfer
Untuk setiap rumus terikat σ ( x 1 , ..., x n ) dan elemen a 1 , ..., a n V ( X ),
V ( X ) , | = σ ( a 1 , ..., a n ) V ( Y ) , | = σ ( a 1 , ..., a n )
yaitu properti yang diekspresikan oleh σ benar dari elemen a 1 , ..., a n di dalam model standar jika dan hanya jika itu benar untuk elemen a 1 , ..., a n dalam model tidak standar.
• Non-sepele
Untuk setiap himpunan tak terhingga A V ( X ), { a : a A} adalah bagian yang tepat dari A. Beberapa eksposisi yang sangat baik dari pendekatan superstruktur ke tidak standar analisis dapat ditemukan dalam literatur.

Ingatlah bahwa set standar adalah elemen apa pun dari model standar; internal set adalah setiap x dengan x A untuk beberapa standar A. Terkadang, juga elemen bentuk A disebut standar. Untuk menghindari kebingungan, di sini kita akan memanggil mereka standar internal . Set eksternal adalah elemen dari model tidak standar itu bukan internal.
• Prinsip Transfer (untuk jagat raya internal).
Untuk setiap rumus terikat σ ( x 1 , ..., x n ) dan untuk semua elemen standar a 1 , ..., a n , σ ( a 1 , ..., a n ) σ I ( a 1 , ..., a n ). Faktanya, perhatikan bahwa V ( X ), V ( Y ) dan saya adalah set transitif. Kemudian ingat bahwa rumus terikat dipertahankan antara set transitif dan menerapkan transfer. Selain transfer, prinsip dasar lain dari analisis tidak standar adalah properti saturasi. Kejenuhan adalah gagasan model-teoretik yang khas biasanya didefinisikan dalam hal realisasi set rumus. Namun, secara teori-set konteks, saturasi dapat diberikan formulasi elementer sebagai persimpangan milik. Justru, formulasi berikut sekarang biasanya dianggap dalam analisis standar ( κ kardinal yang tak terhitung yang diberikan).
• Properti κ-Saturation
Biarkan F menjadi keluarga set internal dengan properti persimpangan terbatas (FIP), yaitu sedemikian rupa sehingga semua subfamilinya yang terbatas memiliki persimpangan yang kosong. Jika F memiliki kardinalitas kurang dari κ, maka F memiliki persimpangan nonempty.
Pendekatan superstruktur sepenuhnya dikembangkan dalam teori himpunan, dengan demikian ia tidak menghadirkan masalah mendasar. Namun, itu mengungkapkan batasan serius jika diusulkan sebagai kerangka kerja untuk penggunaan metode tidak standar dalam matematika secara umum penuh. Berikut adalah daftar tentatif dari batasan tersebut.
• Model superstruktur hanya merupakan bagian dari ZFC.
Karena superstruktur hanya terdiri dari set peringkat terbatas dalam kumulatif hierarki, mereka tidak memenuhi aksioma Infinity. Selain itu, Penggantinya aksioma juga tidak terpenuhi, karena set individu diasumsikan tak terbatas. Sebagai akibatnya, superstruktur tidak memungkinkan ruang lingkup penuh teknik matematika. Pembatasan terhadap set peringkat terbatas adalah reaksi terhadap fakta berikut.
Proposisi 2.1. Biarkan A dan B menjadi dua set transitif. Jika A, | = Infinity kalau begitu
tidak ada embeddings nontrivial : A → B yang memenuhi prinsip transfer.
• Struktur super yang berbeda diperlukan untuk masalah yang berbeda.
Misalkan kita ingin mempelajari struktur matematika M dengan menggunakan tidak standar
metode. Pertama, kita harus mengambil hak suprastruktur V ( X ) untuk tujuan itu. F dengan domain N sedemikian rupa sehingga n → {· · · {} · · ·} ( n kurung). F dapat didefinisikan dalam V ( X ) tetapi range ( F ) / V ( X ).
• Pada prinsipnya, metode tidak standar tidak berkaitan dengan struktur atas.
Bahkan, perumusan dan penggunaan metode tidak standar tidak memiliki koneksi dengan gagasan set-teoretis teknis hirarki set kumulatif.
• Tampaknya secara estetika diinginkan untuk memasukkan semua teknik yang tidak standar di dalam sistem aksiomatik terpadu.
Tujuan memberikan kerangka dasar umum di mana hampir semua matematika termasuk argumen tidak standar dapat tertanam, mengarah ke formulasi berbagai teori himpunan tidak standar .
Sepengetahuan penulis, secara historis orang pertama yang secara eksplisit mempertimbangkan menghapus kemungkinan sistem aksiomatik untuk analisis tidak standar adalah G. Kreisel dalam makalahnya tahun 1969 [Kr]. Dia bertanya: “Apakah ada sistem formal yang sederhana ... di mana praktik analisis tidak standar yang ada dapat dikodifikasikan? Dan jika jawabannya positif: apakah sistem formal ini merupakan perpanjangan konservatif dari sistem analisis saat ini ...? "
Seperti yang muncul dari berbagai sistem aksiomatik yang telah diusulkan sejak tahun tujuh puluhan, seorang yang tidak standar yang ideal teori himpunan T harus memiliki sebanyak
kemungkinan fitur berikut.
a.       T adalah perpanjangan dari "standar" matematika seperti yang diformalkan oleh klasik Zermelo-Fraenkel menetapkan teori ZFC.
b.      T mendalilkan prinsip transfer antara standar dan internal semesta untuk formula bahasa matematika biasa.
c.       T mencakup prinsip saturasi yang kuat, kadang-kadang disebut idealisasi .
d.      T memungkinkan standarisasi . Artinya, untuk set yang diberikan, seseorang dapat mengambil set dari semua elemen standarnya, dan hasilnya adalah lagi set standar.
e.       T konservatif dibanding ZFC. Yaitu, fakta standar dibuktikan oleh T jika dan hanya jika itu dibuktikan oleh ZFC.




DAFTAR PUSTAKA

Beth, Evert W. 1962. Formal methods. Dordrecth: D. Reidel Publishing Company
Folkerts, M., 2004, Mathematics in the 17th and 18th centuries,  Encyclopaedia      Britannica,
Guerrier. 2008. Truth versus validity in mathematical proof. ZDM Mathematics Education, 40 (1) p.373-384
John W. Dawson, Jr., 1997. Logical Dilemmas: The Life and Work of Kurt GödelA. K. Peters, Wellesley Mass, ISBN 1-56881-256-6.
Marsigit. (2011). Pengembangan Karakter dalam Pendidikan Matematika. Pendidikan Karakter dalam Perspektif dan Teori. Yogyakarta: UNY Press
Marsigit. (2011). Pengembangan Nilai-nilai Matematika dan Pendidikan Matematika sebagai Pilar Pembangunan Karakter Bangsa. Seminar Nasional Nilai-nilai dan Aplikasi dalam Dunia Matematika sebagai Pilar Pembangunan Karakter Bangsa UNNES
Mauro Di Nasso. 1999. On the Foundations of Nonstandard Mathematics. Dipartimento di Matematica Applicata, Universitµa di Pisa, Italy
Setiawan, Rusli. (2012). Definisi Mesin Turing. [Online]. Tersedia: https://www.academia.edu/6406418/Rusli_Setiawan_2012020066. [19 Mei 2019].
Simanullang, B. dan Budhayanti, C. I. S. 2008. Pemodelan Matematika. [Online]. Tersedia: http://www.academia.edu/10360343/Pemecahan_Masalah_Matematika_8_-1_ PEMODELAN_MATEMATIKA. [19 Mei 2019].
Stephen Cole Kleene, 1943, "Recursive predicates and quantifiers," reprinted from Transactions of the American Mathematical Society, v. 53 n. 1, pp. 41–73 in Martin Davis 1965, The Undecidable (loc. cit.) pp. 255–287.
Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press.
Wikipedia. 2018. Diakses pada 14 Mei 2019 di  https://id.wikipedia.org/wiki/Alan_Turing
Wikipedia. 2019. Diakses pada 14 Mei 2019 di  https://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Tarski
Wikipedia. 2019. Diakses pada 20 Mei 2019 di https://en.wikipedia.org/wiki/Halting_problem